Thursday, September 15, 2011

sajak buat saudaraku daeng ramliakil

SIAPA KITA DAENG?

siapa mahu dengar kamu daeng:
mereka adalah pagar makan padi
mereka juga menggunting dalam lipatan
mereka menterbalikkan tempayan terdengar guruh di langit
mereka cakap berdegar-degar ekor ada najis tahi
" biarkan-biarkan si luncai terjun"
" andih, anak orang lain mati juga "
" kau tahu ayam kadok pasti juara "
" lebai tidak retorik mudik kenduri "

masuk kandang kambing, merekalah mengebek
masuk kandang lembu, kandang kerbau,
merekalah mengebah didahulukan, menguek diutamaka
h

tunjukkan telunjuk ke langit tanda mercu satu!
jari itu akan mencucuk mata,
meludah ke langit, ludah akan balik ke muka
mulut sakit, bukan cili termakan terus kata pedas
mereka terkena getah, menafikan makan nangka
gajah meta mengamuk depan mata, lalu membuta
tanpa teropong pun, kuman seberang lautan terlihat nyata

seekor membawa lumpur, yang lain sengaja mahu terpalit
sepuluh jong masuk dewan, anjing-anjing maka bercawat
sayangkan anak dera-derakan, sayang bini nyoping-nyopingkan
kera di hutan simpan disusui, bayi di pangkuan tong-sampahkan

engkau siapa daeng, kita adalah bukan siapa-siapa
buruk kepala di rumah tangga sendiri kitalah
enau dalam belukar berebut meninggi pucuk kitakah
daging busuk yang dikincah dimakan jua kitalah
tersorong pipi kerana hidung tidak mancung kitakah
tumbuh tidak melata tidak sungguh orang tidak kata;
di tempat tiada helang, kitakah belalang mengaku helang

sudahkah puas bertanam padi, kini rajin bertanam lalang
sudahkah puas mengguna budi, nafsu jua diturut orang
alang-alang menyeluk pekasam, biar berbau ke pangkal lengan
alang-alang mandi biar basah, kalau berminyak biar licin

kita jadi fobia daeng, hingga pucat akibat kurang iman:
menarik benang dalam tepung, benang tidak putus
tepung tidak rosak. biarlah lambat asal selamat
padahal di sana ada bicara: ' siapa cepat dia dapat'
tepuk dada tanya iman, ikut rasa binasa ikut hati, mati
ikut nafsu lesu. carik bulu ayam lelama bertangkup jua.

kitakah OKT yang jadi OKU di kandang mahkamah
hakimnya beruk bersaksi ke lutut. sanggup membuka pekung
atau merukuk ikut imam yang terkentut malah terkincit.
ada mata pandang, ada telinga dengar; namun cakap kita
siang pandang-pandang. cakap malam dengar-dengar
hingga kita juling dan kelabu mata atau tuli dipekak telinga.

7 September 2011

No comments:

Post a Comment