Sunday, November 1, 2009

Sajak Oktober:


TULISAN KEPADA SEORANG SAHABAT


Kerap berkisah hasrat dan tanggapan masa

lirih dan cerianya, adalah diri kita

sendiri berserakan bagai fosil dan kesan

runtuhan tinggal, airmata dan keluhan.


Selajur e-mailku bertulis nestapa

bagai huruf-huruf membentuk

kisah kematian pasca gertak serangan

menyiksakan itu.


Alam bagai kenal tugas

qadha qadar-Nya penentuan tiba waktu

kesal takut dan bimbang lagi tergantung

pohon-pohon doa mengadu untung


Setiap nafsu akan menempuh maut

menggiliri tabiat habitat asal

tamadun hidupan bumi terus berubah

menyaingi putar cakerawala.


Iklim bagai gerak darah pasti singgah

pada sebuah noktah.


Ombak dan rekah itu

cukup luar biasa, daratan pantai bertukar


Kebun syawal kita tidak lagi subur

kubah dan menara yang bungkam azan

jemaah pada kalut mengumpul baki hidup

lantai dinding dan tiang berselerak kaku


Suami hilang isteri anak-anak. yatim yang

bingar mencari keluara. zuriat hiba di sini

bumi siang adalah kuburan redup suram


Negeri Kota Jembal.

No comments:

Post a Comment