Sunday, November 13, 2016

Sajak ABDULHADI MUHAMAD dalam antologi Puisi dan Karikatur BAHASA LAKARAN ( ppk, pERADABAN 2015)

MENILIK DIRI

Tidak pernah dia menemui Tuhannya
setelah menilik diri sendiri. Tidak pernah
dia kenal selain jasad sihat kuat

Dia tahu kacak dan tampannya atasi
serigala. Mindanya pintar dan kekar
tahu memujuk tahu mencabar

Tetapi hingga hujung Sya'ban ini
dia masih juling memilih pahala atau dosa
masih telor berzikir, tetap janggal berdoa

Malang benar. Cerminnya malap kelabu
lutcahaya dan bingkai semakin lusuh
lantai di telapaknya meretak rapuh.

Sya'ban 1432H
Tapanji, Kota Bharu.

Thursday, November 10, 2016

Sajak ABDULHADI MUHAMAD tersiar BERITA MINGGU `16 Julai 1995 dan Hal 19 pada Atar 1000 Bunga (DBP 2012)



NEGARA MEDAN BERBUNGA


iklim itu berlalu menyingkir ancaman
dan gerah. berjejer catatan meningkah minda
kita tabur benih lagi basah. Bunga permata
adukan kasih setia
kita suburkan hasrat bertunas lama
kisah terpendam disental angin penjarah

alamku menunjang dari sulur benua
semenanjung Emas melambai tumpuan
tanah jantung mendetak pandangan
medan berbunga menarik naluri
ruang terbuka memakna peribadi

ukurlah jarak cinta di sini
menyita segala keluh dan mimpi
hijau sekitar biru langit dijunjung
wangi kuntuman mekar di laman damai
akurlah semarak kasih di sini
menyatakan serba indah berseri
tulus hati sopan adat disanjung
santun rumpunan segar mengisi permai

kita kitari segenap segi sempadan
kita sirami bumi dengan lembut embun
bunga-bunga nanti kerap berkembang
lagi murni pohon-pohon doa merimbun

negara ini medan mewah berbunga
restu peradaban mengukuh luhur budi
taman cantik menyambut tatapan
berpagar padu sedia menangkis cita-cita
berpaksi tetap menampuk kelopak rasa
riang unggas serangga menumpang tuah
di ladang tanahair menikmati anugerah

nyaman dan harum menyerbak suasana
menuntut bakti anak-anak kelahiran
sanggup mati berlapik dada
menuntut korban melenyap angkara

Kota Bharu, 1415.                  
Berita Minggu 16.7.1995


Sajak ABDULHADI MUHAMAD dalam antologi ATAR 1000 BUNGA (DBP 2012) Hal.41


RUMAH SAKIT UMUM

Tanah sekitarnya terbiar dengan igau
tumbuh melata menyemak fikir dan rasa
Panggung membaris watak para penderita
wajah-wajah pucat menahan pedih
pintu kamar maut separuh terbuka
menunggu kalimat akhir Sang Pengarah
menyerah peran bagi episod berikutnya

Mundar-mandir perawat dengan warna kafan
menyucuk penawar kata dan ubatan
keranda pentas adalah kata-ganti
ke ruang baru mengalih makna
warna langit atau siang sempurna
hijab kelam jarang menyedia nyata
angin berkali-kali menggerak langsir
mengirim hamis kuburan jauh di luar

Bersilih masuk nafas menggeruh
segalanya memenjara saraf gerak
menangkap hidup dan mengurung;
dunianya serak kipas atau angin perlahan
kapur dinding atau rengkek kuda keuzuran

Dia banduan terlantar, ingin benar menyaksi
titik gerimis di sana atau menitip telegram
kepada sesiapa saja:
                    DATANG SEGERA @ HUJANKU
                    AKAN BERHENTI MENITIK DI SINI.

27.5.2004                       
Wad Teratai 18,                        
HRPZ2
Majalah SPEKTRA 2004



Sajak ABDULHADI MUHAMAD setahun lalu




DI LUAR BATAS IKHTIAR

Ketika penjawat diviralkan takah umur bersara ke enampuluh tahun, berdukalah para lepasan pengajian anak kita berijazah dan diploma betapa pengangguran pasti meningkat lowongan kerja tersendat dek
bunga ptptn faedahnya berkembang pesat, baunya melemas nafas

Ada orang berkolar sutera menggalakkan marhein tanpa segan silu
usahakan dua kerja buat menangani lonjakan kos sara hidup, sedang 
dia sendiri punya tiga kerja @ jawatan

Persis biul dan keliru dia gagal membezakan antara kerja dengan jawatan mengatakan diri punyai tiga kerja dalam satu masa perolehi 
gaji elaun dan dedak lalu timbul bualan, timbul kesalan betapa orang atasan meluncur ucap sesedap mulut, sambil tangan terus mengaut.

22 Sept 2015



WS RENDRA Meninggal Dalam Keadaan Berwudhu'


Rendra Meninggal dalam Keadaan Berwudhu'
Posted by Zanikhan on Aug 7, '09 12:38 AM for everyone
By Republika Newsroom
Jumat, 07 Agustus 2009
Bookmark and Share
DEPOK

-- Pembacaan surat Yasin bergema di salah satu ruangan Bengkel Theater
di Cipayung, Citayem, Depok. Di tengah isak tertahan para kerabat dan
alunan ayat-ayat Al quran, sosok Wahyu Sulaiman (WS) Rendra, terbujur
tenang dalam keranda sederhana berlapiskan kain hijau. Di muka keranda,
terpajang foto Mas Willy yang seolah mengingatkan pada mereka yang
datang bahwa setiap mahluk yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya.

"Ajal telah menjemput Mas Willy. Tapi Mas Willy berpulang dalam keadaan masih
berwudhu, " kata Aska teman sejawat Rendra yang menungguinya di rumah sakit hingga akhir hayatnya.

Kepada RoL, Aska bercerita, sore itu Rendra sempat menyelesaikan shalat maghribnya di rumah anaknya di Pesona Depok. Setelah itu, kondisinya memburuk. Nafasnya tersengal. Sebentar. Setelah itu Rendra, Si Burung Merak, meniupkan nafas terakhir di bumi yang dicintainya.

'Mas Willy tak sempat shalat Isya. Tapi ia sudah shalat magrib, air wudhu masih menempel di tubuhnya, kata Aska.

Jumat (7/8) pagi sempat datang melayat, Rektor univeritas Paramadhina, Anies
Baswedan dan Menteri Perhubungan, Jusman Syafii Djamal. Anies mengimami
shalat jenazah Rendra bersama dengan beberapa jamaah lainnya.

Makam Rendra disiapkan di atas makam Mbah Surip. Di atas onggokan tanah makam Mbah Surip sendiri yang masih basah bertaburan bunga diletakkan sebuah
cangkir berisi kopi. Makam Mbah Surip berdampingan dengan makam Rudjito
seniman dekorasi panggung Bengkel Theater yang sudah lama malang melintang bersama Rendra. Rendra akan dimakamkan usai shalat Jumat (7/8). Si Burung Merak telah kembali kepangkuanNya. Sang khalik yang telah ditemuinya saat ia menikahi Sitoresmi Prabuningrat pada 12 Agustus 1970. ahi