Monday, January 25, 2010

sajak ABDULHADI MUHAMAD

AWAN LURUS


awan lurus
kaupun menjelang harapan
bagai kali yang berarus
kencang dan tak punya singgahan

kaki langit yang tirus

memijak dahi kuala dan pohon-pohon

lengkungnya berubah warna

sejak suria memancar

ke dasar kolam. bunga-bunga embun

senyap luruh mendingin wajah kita

zaujati, nyaman hidup ini

bagai larat awan berapungan

tiada mendung tidak ada kekusutan.


28 Sept 2009


SEKARAT 2


sejak cedera akal akibat tekanan

polemik serius tempoh waktu

kejutan krisis terbesar usianya

dia disyak alami gangguan kronik

saraf indera tidak keruan

tergelincir tutur dan tanggapan

deria gagal mengenal angka diri

hilang tugas awal insani

ingatan terbabas tercicir

hari esok terhenti takat siling

wajah-wajah sinis musuh sekitar

rupa paras karib senyum lain

berbaur alamat rumah bini

hipokrit kedua dalam simpanan

lupa nama kerabat, erti rumah tangga

dia bergerak naif di dalam bentuk asing

bertukar ke dimensi luar biasa

berlegar pada lingkung gasingan

lebih panik lebih menduga

laksaan tandasoal dan tandaseru

kalut memijak sesalur kalbu

begitu berkeringat, dia meronta

batin ditindih titik tajam amat meluka

kelibat fasa kedua hayatnya membantut

langkah berikut ke fasa-fasa akan datang

bagai berada di garis pusat mahsyar

berjarak batas insani, dia bersembunyi

di belakang bayangnya menafi kewujudan

sendiri. Inilah ceruk terakhir, ceruk afiat

sebelum sekarat memutus lalu-lintas

lencungan keluar masuk ke ruang buntu

ragu, amat sempit dan berbelit

jutaan pembuluh nafas menyedia labirin

mencari sesalur nadi, sesalur saraf

di mana kunci suara beristirehat

rengkungnya kian tersumbat. Liang

segala rongga, tersekang kalimah TAMAT.


kelantan 2004




No comments:

Post a Comment