“ …..dinihari ini sempat kucatat segugus
sajak polos setelah guruh mengetuk kepala.
Kembang teratai melucut wangi
Ketika jenak-jenak bayu munafik
Menyepoi bumi musim bunga pertama
Tidak sentosa berteleku di tubir kolam ini.
Mengungkai tambatan pagi muda
Di ladang embun, seorang darwis terkejut
Dan berungut, sewaktu mentari menerpa
Awan memanas zawiahnya
Iklim damai terhingar di pasar hari
Miraj tidak kelihatan mengaca jalanan
Cuaca pula meneran ribut berikutnya
Ada debu di muka buana, ngilu menyiat rasa
Kelam mengerat usia senja bagai cantas amuk
Luka tersembunyi duka ikut berlari
Memisah khalayak orang-orang mulhamah
Bagai tajam seligi merempuh singkat waktu;
Dosa salahkukah ingin tertanggal laksana jelumu,
Ularnya menyelinap ke semak-samun terbaru
Adukan suram alpa dan ghurur duniawi
Hujung jari sempat mengait jela cahaya
Tercicir dirangkul zulmat malam,
Suam airmata meniti pipi dan dagu
Menitik dingin ke lubuk diri tetapi piatu
Menyempit sebak kalbu tetapi terbuka
Telus buat doa terkecil, amat mengharap:
Serahan redha tidak sekhusyuk mana ini
Mengirim bisik sanubari,
Kau terimalah...”
Rabiulawwal 21.
No comments:
Post a Comment