Monday, June 1, 2009

Sajak-sajak Silam ke 10-11: Debar Hilang Atas Restu & Tentang Manusia Kita


debar hilang atas restu

degup-degup
dalam menunggu bintang luruh
hanya sebutir

dalam sama-sama kembara
kembaramu tidak menoleh lagi
tinggal aku patah, tapi...
syabas

kelanamu membawa tuah hari muka
bagai biduk sekujur jasadmu
jaya ke pulau bintang-bintang
(dalam restu ikhlasku)
demi sebutir bintang
jadi milik kepunyaan
dan menghambat debar-debar.

bangku usang
ivB-Kolej Islam Kelang.
12/3/1971

tentang manusia kita

papar bicarakan atas dada-dada putih
lunak-lunak tentang alam manusia kita
di liur pena cerminkan bagai raung rasa
ganti kelunya mereka di sana
tentang merahnya api
birunya bulan
putihnya salji

merah biru putih ialah kerlipan tasik manusia kita
yang menggelupur di laut bersama elang memintas hidup
yang menerjah batang-batang pagi meredah ranjau
yang menyimbah lumpur mentari resah bersama urat merah

pada hidup yang sesama punya
merah biru putih ialah kerlipan tasik manusia kita
yang tidak pernah dibicara ranjau meranjau hati
yang runtuh batu di dada...sebak tiada kata
yang luruh air masin dan anak-anak menyedutnya
yang dimandi lemas pada lumpur dan peluh tanpa rela
papar bicarakan tentang mereka
pada bapak-bapak dalam kereta mewah kaya
yang masih tak tahu atau lupa tentang:
merahnya urat-urat mereka
birunya hati mereka di kuala
putihnya mata sudah ketara
padahal alas hidup yang sesama punya
berbelas tahun nikmat merdeka.

30 Mei 1971
asrama koboi KIK.
-hadiah pertama sajak peraduan BBPKIK 1970.


No comments:

Post a Comment